NU - Muhammadiyah Sepakat Syaichona Cholil Sebagai Pahlawan Nasional
BANGKALAN, Madura City - Rencana pengajuan gelar Syaichona Moh. Cholil sebagai pahlawan nasional banjir dukungan.
Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah sepakat guru pendiri NU Hadratussyekh Hasyim Asy’ari itu dianugerahi gelar kehormatan sebagai Pahlawan Nasional.
Dua organisasi kemasyarakatan (ormas) besar tersebut sepakat dan mendukung penuh Syaichona Moh. Cholil mendapatkan gelar pahlawan nasional.
Menurut mereka, dedikasinya untuk negeri ini luar biasa. Tidak hanya dalam urusan keagamaan. Tetapi, dia juga menjadi konseptor dalam merebut kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Ketua PC NU Bangkalan KH Makki Nasir mengutarakan, seorang tokoh diangkat menjadi pahlawan nasional harus memiliki perjalanan hidup yang bisa diambil pelajaran dan bisa diteladani. Kontribusinya untuk negeri ini juga wajib ada.
”Sosok Syaichona Moh. Cholil sangat layak menjadi pahlawan nasional. Sebab, langkah-langkah beliau bisa menjadi dasar konsep pergerakan menuju kemerdekaan RI,” katanya Selasa (20/10).
Menurut Ra Makki, Syaichona Moh. Cholil bin Abdul Latif sangat tepat dianugerahi gelar pahlawan nasional. Sebab, suatu ketika dia pernah menggelar rapat dengan beberapa ulama di Alas Roban, Jawa Tengah. Ulama yang hadir di antaranya KH Nawawi Banten, KH Soleh Darat, dan beberapa ulama lain.
”Beliau yang mengonsep sekaligus merencanakan kemerdekaan RI dari kungkungan penjajah. Rapat yang dibahas kala itu,” ungkap Ra Makki.
Pada kesempatan itu, ulama yang hadir bagi-bagi tugas. Syaichona Moh. Cholil kembali ke Bangkalan dengan tugas melakukan pengaderan para kiai di Madura dan sekitarnya. Lalu, KH Soleh Darat bertugas melaksanakan kaderisasi di kalangan priayi, terutama keluarga kerajaan.
”Selanjutnya, lahir banyak ormas. Termasuk, KH Hasyim As’yari mendirikan NU. Kemudian, dari kalangan priayi semakin kuat dan bersatu,” terangnya.
Setelah itu, Syaichona Moh. Cholil mulai melakukan pergerakan. Namun, konsep itu tidak terlalu berhasil. Lalu, dia menyusun konsep lagi dengan menyatukan seluruh kekuatan. Dia tidak melihat perbedaan agama, suku, ras, dan lainnya.
”Di situlah cikal bakal kemerdekaan RI. Dengan menyatukan seluruh umat beragama, suku, dan ras untuk merebut kemerdekaan NKRI,” terangnya.
Ra Makki menegaskan, Syaichona Moh. Cholil merupakan konseptor atas pergerakan merebut kemerdekaan RI. Gerakan itu dilakukan melalui ormas, budaya, pendidikan, dan agama. Termasuk kekuatan santri dan kiai di berbagai pelosok Nusantara. ”Semua berbagi peran kala itu,” jelasnya.
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bangkalan Tamar Djaja juga sangat setuju gelar pahlawan disematkan kepada Syaichona Moh. Cholil bin Abdul Latif. Sebab, pada 1927 atas prakarsa KH Abdul Manan Hamid, Persyarikatan Muhammadiyah di Bangkalan berdiri. ”KH Abdul Manan Hamid itu merupakan murid Syaichona Moh. Cholil,” paparnya.
Bahkan, jelas Tamar, KH Abdul Manan Hamid (AMH) itu bukan hanya murid biasa. Melainkan, murid utama Syaichona Moh. Cholil. Dia mendapat kepercayaan tinggi dan berhasil masuk di ring 1 keluarga sang guru.
Kiai Manan dipercaya mengemban amanah untuk mengajar santri. ”Setelah dari Syaichona, kemudian KH AMH belajar kepada KH Hasyim Asy’ari di Jombang,” tuturnya.
Setelah dari Jombang, KH AMH mengasah ilmu bidang keagamaan lagi di Pondok Al-Irsyad Surabaya. ”Artinya, cikal bakal berdirinya Muhammadiyah di Bangkalan itu tidak lepas dari sentuhan Syaichona Moh. Cholil melalui muridnya, KH Abdul Manan Hamid,” jelas Tamar.
Karena itu, Muhammadiyah Bangkalan sangat mendukung Syaichona Moh. Cholil mendapat gelar pahlawan nasional. ”Saya milihat dari kontribusinya untuk pendidikan. Syaichonalah yang sangat berperan dalam penyebaran ajaran Islam di Nusantara, menyebar ke seluruh penjuru negeri Indonesia,” tandasnya.