Akademisi Sepakat Syaichona Moh. Cholil Pahlawan Nasional
AKADEMISI: Rektor UTM Muh. Syarif dan Ketua STKIP PGRI Bangkalan Didik Hermanto. |
Respons positif itu diungkapkan Rektor Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Muh. Syarif kemarin (21/10). Sebagai orang akademisi, dia sangat setuju Syaichona Moh. Cholil diberi gelar kehormatan. Terutama, dari sisi pendidikan. ”Setuju sekali Syaichona Moh. Cholil dianugerahi gelar pahlawan nasional,” katanya kemarin (21/10).
Menurut dia, Syaichona Moh. Cholil sebagai pemuka yang banyak melahirkan tokoh-tokoh bangsa. Pemikiran tentang kebangsaan dan kenegaraan yang terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945 merupakan buah dari tanaman pendidikan yang disampaikan kepada santri-santrinya selama masa hidup.
”Semisal seperti pendiri NU KH Hasyim Asy’ari. Dia adalah tokoh bangsa sekaligus santri dari Syaichona Moh. Cholil,” ungkapnya.
Rektor mengatakan, KH Hasyim Asy’ari memantau langsung perkembangan rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) melalui putranya KH Wahid Hasyim. ”KH Wahid Hasyim sendiri sebagai anggota sekaligus sebagai pemuka PPKI kala itu,” terangnya.
Kendati demikian, tidak ada alasan untuk Syaichona Moh. Cholil tidak mendapatkan gelar pahlawan nasional. Sebab, dia sebagai penggerak perjuangan bangsa. Meskipun, tokoh karismatik itu wafat sesaat sebelum NU lahir.
”Tapi, inspirator dan perintah pendirian NU lahir dari Syaichona Moh. Cholil,” paparnya.
Syarif memaparkan, sekarang ini harus dipahami bahwa dalam wadah NU tersebut ada gerakan perjuangan kemerdekaan yang dikoordinasikan dengan lebih baik. Gerakan perjuangan kemerdekaan itu tidak lepas dari peran Syaichona Moh. Cholil.
Termasuk, seruan Pahlawan Nasional KH Hasyim Asy’ari tentang Resolusi Jihad yang membakar semangat juang rakyat dalam perang November 1945 di Surabaya. Menurut Syarif, seruan itu lagi-lagi tidak lepas dari kontribusi Syaichona Moh. Cholil.
”Beliau melampaui syarat-syarat administrasi yang tertuang dalam pengusulan pahlawan nasional seperti disyaratkan UU,” ucapnya. ”Bahkan kalau bisa, beliau harusnya diberi gelar inspirator dasar NKRI, bukan hanya gelar pahlawan nasional,” imbuhnya.
Resolusi Jihad ini yang menjadi cikal bakal penetapan Hari Santri Nasional. Hari penting nasional ini berdasar Keputusan Presiden 22/2015. Keputusan itu diteken Presiden Joko Widodo di Masjid Istiqlal, Jakarta pada 15 Oktober 2015.
Kakek KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu menyerukan kepada umat Islam untuk berperang melawan tentara sekutu pasca proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Rais Akbar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU) itu memerintahkan melawan pasukan kolonial di Surabaya.
Seruan Resolusi Jihad ini membakar semangat untuk berperang, termasuk Bung Tomo. Rakyat dan santri berjibaku melakukan perlawanan. Perjuangan mereka berhasil menewaskan Brigadir Jenderal Aubertin Walter Sothern Mallaby pada pertempuran 27–29 Oktober 1945.
Sementara itu, Ketua STKIP PGRI Bangkalan Didik Hermanto mengatakan, kontribusi dan dedikasi Syaichona Moh. Cholil untuk bangsa dan negara ini tidak perlu diragukan lagi. Ketokohan Syaichona Moh. Cholil bisa dilihat kasatmata. Gelombang ziarah ke Pasarean Syaichona di Martajasah, Bangkalan, tidak pernah putus. Mereka berdatangan dari seluruh penjuru.
”Itu satu bukti bahwa beliau sangat luar biasa. Bayangkan, peziarah itu berasal dari mana-mana, kalau bukan tanpa ada sesuatu yang diperjuangkan oleh beliau dulu, tidak mungkin sebanyak itu,” paparnya.